Bahtera Nuh (ilustrasi : alkawthartv.com) |
Penulis : Ust. Abdurrahman Kamil Assegaf, MPd.I. |
1. Kapal Nabi Nuh.as
Allah SWT berfirman:
وَاصْنَعِ الْفُلْكَ بِأَعْيُنِنَا وَوَحْيِنَا وَلَا تُخَاطِبْنِي فِي الَّذِينَ ظَلَمُوا ۚ إِنَّهُمْ مُغْرَقُونَ
“Dan buatlah kapal itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami, dan janganlah engkau bicarakan dengan Aku tentang orang-orang yang zalim. Sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan.” (QS. Hud 11: Ayat 37)
Kata الفلك menurut al-Imam ar-Raqib al-Asfahani di dalam kitab Mu’jam Mufradat Alfadhz Al-Quran السفينۃ yang berarti kapal bentuknya singular dan plurar.
Disebutkan oleh al-Imam al-Alusi dalam tafsir Ruhulmaani, tafsiran dari firman Allah SWT “Dan buatlah kapal itu dengan mata-mata kami” artinya dengan kesempurnaan penjagaan dan pengawasan kami. Dan tafsiran “petunjuk wahyu kami” beliau mengutip suatu riwayat: Allah SWT menurunkan para malaikat untuk mengajarkan kepada Nabi Nuh as. cara membuat kapal.
Dan disebutkan di akhir ayat, orang-orang yang zalim mereka akan di tenggelamkan karena sebab kezaliman mereka.
Disebutkan oleh Abu Fida Ibnu Katsir (700-774H) di dalam kitab Qososul-anbiyah, mengutip pernyataan Imam Sufyan At-Tsauri, kapal Nabi Nuh as. terbuat dari kayu jati.
Para ahli sejarah menamakan kapal Nabi Nuh as. Safinatunnajah, yang menaikinya adalah orang-orang beriman dan merekalah yang selamat. Dan dijadikan kiasan oleh Nabi Muhammad saw. sebagai kapal penyelamat, yakni dengan mengikuti para ahlu-bait-nya yang berjalan di atas Al-Quran dan Sunnah dengan sabdanya: permisalan ahlu bait di antara kalian seperti kapal Nabi Nuh, Siapa yang menaikinya dia selamat dan siapa yang tidak menaikinya dia binasa.
Al-Imam Ibnu Katsir menyebutkan di dalam kitab Qososulanbiyah yang ikut menaiki kapal Nabi Nuh sekitar 80 orang, panjang kapal 2000 dziroh’ dikonversi ke ukuran meter menjadi 960 meter. Lebarnya 1000 dziroh’ sekitar 480 meter, dan tingginya 30 dziroh’ sekitar 14,4 meter, berlantai tiga.
Bibit pohon jati ditanam selama 1000 tahun. Ketika sudah tumbuh besar kayunya diproses sebagai bahan pembuatan kapal menghabiskan waktu 1000 tahun.
Nabi Nuh as memiliki keahlian khusus dalam pembuatan furniture dan perkakas karena beliau profesinya adalah tukang kayu sebagaimana disebutkan di dalam kitab Al Barakh Fii Sa’yi Wal Harakah, setiap profesi para nabi itu membantu psikis dan dakwah mereka.
2. Kota kaum Ad dan Tsamud
Allah SWT berfirman:
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِعَادٍ
“Tidakkah engkau (Muhammad) memerhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap (kaum) `Ad?,”
إِرَمَ ذَاتِ ٱلْعِمَادِ
“(yaitu) penduduk Iram (ibukota kaum `Ad) yang mempunyai bangunan – bangunan yang tinggi,”
ٱلَّتِى لَمْ يُخْلَقْ مِثْلُهَا فِى ٱلْبِلَٰدِ
“yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti itu, di negeri-negeri lain,”
وَثَمُودَ ٱلَّذِينَ جَابُوا۟ ٱلصَّخْرَ بِٱلْوَادِ
“dan (terhadap) kaum Tsamud yang memotong batu-batu besar di lembah,”
(QS. Al-Fajr 89: ayat 6 – 9)
Al-Imam Fakhruddin Ar-Razi (544-606 H) di dalam kitab Mafaatihul-Goib beliau menyatakan tidak pernah diciptakan kota yang begitu megah dan kokoh seperti kota yang dibangun oleh kaum Ad
Ukuran standar fisik kaum Ad 400 dziroh. Letak geografi tempat menetapnya kaum Ad di Alahqaf, pesisir tenggara Jazirah Arab, antara Oman dan Yaman.
Dikutip dari Atlas Al-Quran nama Ad diadopsi dari Ad bin Aus bin Iram bin Sam bin Nuh.
Disebutkan oleh al-Hafidz Ibnu Katsir ; diutus kepada mereka Nabi Hud as. karena mereka sudah menyembah berhala yang mereka buat. Nabi Hud mendakwakan untuk menyembah Allah SWT yang Maha Esa namun mereka menolak ajakan dakwah tersebut, dan terus menerus menyembah berhala. Maka Allah SWT musnahkan mereka sebagaimana diabadikan di dalam Al-Quran, Allah SWT berfirman:
وَأَمَّا عَادٌ فَأُهْلِكُوا بِرِيحٍ صَرْصَرٍ عَاتِيَةٍ
“sedangkan kaum `Ad, mereka telah dibinasakan dengan angin topan yang sangat dingin,” (QS. Al-Haqqah 69: Ayat 6)
سَخَّرَهَا عَلَيْهِمْ سَبْعَ لَيَالٍ وَثَمَانِيَةَ أَيَّامٍ حُسُومًا فَتَرَى الْقَوْمَ فِيهَا صَرْعَىٰ كَأَنَّهُمْ أَعْجَازُ نَخْلٍ خَاوِيَةٍ
“Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam delapan hari terus-menerus; maka kamu melihat kaum `Ad pada waktu itu mati bergelimpangan seperti batang-batang pohon kurma yang telah kosong (lapuk).” (QS. Al-Haqqah 69: Ayat 7)
Maka punahlah kaum Ad dan peradaban mereka, akibat pengingkaran mereka kepada Allah SWT.
Madain Shalih, disebut pula Al-Hijr atau Hegra, terletak di dekat Al-`Ula, Provinsi Madinah, Arab Saudi (Foto : BBC)
Adapun kaum Tsamud, letak geografinya 400 km dari utara kota Madinah, Arab Saudi. Menurut al-Imam Ar-Razi di dalam kitab Tafsir Kabir, perintis pertama yang membuat pahatan di gunung–gunung, batu-batu besar dan marmer adalah kaum Tsamud. Mereka membangun 2.700 kota yang terbuat dari batu.
Diutus kepada mereka Nabi Sholeh as. Mereka juga sama halnya dengan kaum Ad yakni menyembah berhala.
Singkat cerita, mereka meminta kepada Nabi Sholeh as untuk menunjukkan mukjizat kepada mereka dengan mengeluarkan seekor unta betina yang hamil di sela-sela batu yang mereka tunjuk. Dengan izin Allah SWT unta keluar dari sela-sela batu tersebut namun mereka tetap megingkari Nabi Sholeh as.
Hanya sedikit saja yang beriman, bahkan unta betina yang dilarang dibunuh itu, disembelih oleh mereka. Maka turunlah azab kepada mereka,
sebagaimana di firmankan Allah SWT di dalam Al-Quran. Allah SWT berfirman:
فَاَمَّا ثَمُوۡدُ فَاُہۡلِکُوۡا بِالطَّاغِیَۃِ
“Maka adapun kaum Samud, mereka telah dibinasakan dengan suara yang sangat keras,” (QS. Al-Haqqah 69: Ayat 5)
Nabi Sholeh as. dan beberapa orang yang beriman hijrah dari tempat tersebut dan sampai di suatu wilayah di Yaman hingga wafatnya. Daerah ini namakan dengan nama Hadramaut. “Hadra” artinya “hadir” dan “maut” artinya “mati”, yakni Nabi Sholeh as hadir dan wafat di tempat tersebut maka dinamakan hadramaut (disebutkan dalam kitab Hayatul Haywanil Kubra).
3. Maqom Ibrahim as
Allah SWT berfirman:
وَإِذْ جَعَلْنَا الْبَيْتَ مَثَابَةً لِلنَّاسِ وَأَمْنًا وَاتَّخِذُوا مِنْ مَقَامِ إِبْرَاهِيمَ مُصَلًّى ۖ وَعَهِدْنَا إِلَىٰ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ أَنْ طَهِّرَا بَيْتِيَ لِلطَّائِفِينَ وَالْعَاكِفِينَ وَالرُّكَّعِ السُّجُودِ
“Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah (Ka’bah) tempat berkumpul dan tempat yang aman bagi manusia. Dan jadikanlah maqam Ibrahim itu tempat sholat. Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ism’ail, Bersihkanlah rumahKu untuk orang-orang yang tawaf, orang yang itikaf, orang yang rukuk, dan orang yang sujud!” (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 125)
Disebutkan oleh Ibnu Jarir At-Thobari (224-310H) di Tafsir Atthobari, mengutip riwayat dari Ibnu Abbas ra, ringkasnya, batu pijakan yang digunakan membangun Ka’bah oleh Nabi Ibrahim as berbekas pijakan kedua kaki beliau itulah yang dinamakan Maqom Ibrahim.
Ini lah penjelasan singkat mengenai prasasti sejarah di dalam Al-Quran Karim sehingga kita dapat memahami bahwa setiap peninggalan sejarah itu harus dilestarikan dan dikonservasi sehingga nilai-nilai sejarah bisa dipetik hikmahnya buat generasi berikutnya, menjadi pelajaran yang berharga untuk menciptakan peradaban yang diridhoi Allah SWT, dan itulah peradaban yang sesungguhnya.