EMBUN JUM’AT
Penulis: Dr. Ja’far Assagaf, MA
(Dosen UIN SUKA Yogyakarta dan Asosiasi Ilmu Hadis Indonesia bidang Riset dan Pengembangan Ilmu)
——————————————————–
Hari Jum’at bagi Umat Islam merupakan hari istimewa, sebagaimana hari Minggu bagi saudra-saudar kita umat Kristiani maupun hari Sabtu bagi umat Yahudi. Jum’at yang berasal dari kata jama‘a (جمع) berarti mengumpulkan sesuatu dari tercerai-berai, dari kata tersebut terbentuk kata المجموع yaitu dihimpun dari beberapa arah meski kumpulan itu tidak ditujukan untuk dijadikan satu, seperti suatu kaum berkumpul (Lisan al-‘Arab, VII, 53) namun kumpulan kaum itu tentu banyak karakter, sifat manusia yang berbeda beda. Ibn Atsir (w. 606 H) mengilustrasikan kata himpunan ini dengan hadis المرأة تموت بجُمْعِ artinya wanita (mati syahid) karena wafat sementara di dalam perutnya terdapat janin (al-Nihayah, I, 297) baik anak dan ibu berkumpul menjadi satu meski keduanya berbeda.
Dalam sejarah, disebut Jum’at lantaran berkumpulnya manusia pada hari itu yang konon dimulai pada masa moyangnya Nabi suci Muhammad saw bernama Ka’ab bin Lu’aiy yang mengumpulkan kaumnya di hari tersebut dan menginformasikan pada mereka tentang kedatangan Nabi suci saw, meski saat hari dikumpulkan orang-orang tersebut di saat itu belum disebut hari Jum’at (raudh al-Unf, I, 26). Saat Islam datang kita dapat melihat korelasi berkumpulnya manusia di hari tersebut untuk mendengarkan khutbah yang berisi peringatan, nasehat, anjuran dan lainnya yang semuanya dalam konteks kebaikan.
Selain itu, juga mengisyaratkan tentang hubungan ucapan shalawat yang lebih dianjurkan di hari Jum’at seperti dalam beberapa riwayat al-Baihaqi dalam Sunannya dari sahabat Abi Umamah (w. 86 H), Aus bin Aus (wafat di masa khalifah Utsman w. 35 H) dan yang berisi bahwa shalawat umat Islam dihadapkan kepada Nabi suci saw di hari Jum’at yang dikuatkan oleh riwayat Anas (w. 93 H) tentang anjuran bershalawat di hari Jum’at.
Hari Jum’at, memiliki sekian keistimewaan seperti diciptakan Nabi Adam as, dimasukkan dalam surga dan dikeluarkan darinya, begitu pula bahwa hari kiamat terjadi di hari Jum’at (HR. Muslim). Sebagian orang bertanya kenapa Jum’at memiliki keistimewaan padahal di dalamnya terdapat dua kejadian yang tidak dapat dinilai positif; yaitu dikeluarkan Nabi Adam as dari surga dan kiamat terjadi pada hari itu? Agaknya Allah swt mengeluarkan Nabi Adam dari surga di hari Jum’at agar sekaligus menjadi peringatan bagi seluruh manusia untuk kembali pada kebaikan setelah melakukakn pelanggaran dan hari Jum’at merupakan titik penting dalam proses ini. Sebab itu, peringatan peringatan tersebut yang kerap kali kita dengar di hari Jum’at saat sang Khatib menyampaikan khutbahnya, Jum’at merupakan wadah nasehat menasehati dari sekian hari yang telah dilalui oleh seorang Muslim agar kembali berkumpul dalam himpunan kasih sayang Allah swt.
Demikian pula, meskipun kiamat yang dalam berbagai riwayat hanya dialami oleh orang-orang yang kafir; tidak beriman pada Allah swt dan Rasul-Nya, namun Allah swt berkenan berkehendak agar mengakhiri kehidupan dunia dengan suatu hari yang di dalamnya manusia memulai kehidupan sebagai khalifah yang akan mempertanggungjawabkan amalan-amalan mereka selama di dunia, dan dapat nerhimupn berkumpul kembali dengan sang pencipta mereka dengan penuh kasih sayang dan pengampunan.
Keistimewaan lain hari Jum’at yaitu menjadi penghapus dosa-dosa kecil kita selama tidak melakukan dosa besar di antara dua Jum’at (renugnkan HR. Muslim) yang memuat pesan kalau berkumpulnya kita dengan orang-orang di hari Jum’at agar tetap terjalin persaudaraan untuk saling menjaga persatuan, kebersamaan dalam perbedaan, namun karena sebagai manusia, tentu tidak luput dari perbuatan dosa dan salah.
Anjuran dalam beberapa riwayat hadis di hari Jum’at untuk mandi, gosok gigi, memakai wewangian, dan pakaian yang putih (bersih) mengisyaratkan bahwa awal berkumpulnya kita dengan saudara-saudara sesama Muslim di hari tersebut, diawali dengan niat yang ikhlas dan tujuan yang bersih meski memiliki ragam kepentingan yang berbeda tetapi semuanya dalam konteks tujuan ibadah dan mendekatkan diri pada Allah swt serta membangun persaudaraan yang dapat merupakan jalan Allah swt untuk menurunkan rahmat dan kasih sayang-Nya, mengampuni sesama kita yang dalam satu minggu mungkin pernah bersalah dan melakukan dosa-dosa kecil.
Pada malam Jum’at dianjurkan membaca surah al-Kahfi (HR. Darimi) agar kaum Muslim memulai hari Jum’at dengan penuh keyakinan pada Allah swt, rasa optimis yang dibangun dengan pondasi iman akan menjadikan segala sesuatu memiliki jalan keluar atau solusi daripada masalah seperti dalam kisah Ashab al-Kahfi, kisah Nabi Musa as dengan hamba yang shaleh (Nabi Khidr as), dan kisah (Nabi) Dzulqarnain. Sementara awal dan akhir surah tersebut berisi pesan tentang tauhid dan keimanan hanya pada Allah, dan sebab itu Nabi suci saw menganjurkan kaum Muslim untuk mengafal awal atau akhir surah tersebut agar terhindar dari fitnah Dajjal (HR. Muslim), Dajjal yang secara umum dipahami oleh ulama dalam bentuk atau sosok tertentu, meski ada juga yang memahami sebagai sebuah simbol belaka. Terlepas dari itu, perlu dipahami ayat-ayat awal dan akhir dari surah tersebut mengandung nilai-nilai ketauhidan dan keimanan yang menjadi dasar keimanan setiap Muslim.
Wa Allahu a‘lam bi al-shawaab…