Merah Putih Jiwaku

EMBUN JUM’AT

Penulis: Dr. Ja’far Assagaf, MA

Dosen UIN SUKA Yogyakarta  | Asosiasi Ilmu Hadis Indonesia bidang Riset dan Pengembangan Ilmu  |  Wakil Ketua bidang Pendidikan Agama dan Budaya Ikatan Sarjana Rakyat Indonesia-Sukoharjo Jawa Tengah; email  |  jafar.assagaf@uin-suka.ac.id


Era tahun 1981 di taman kanak-kanak bahkan mungkin sampai sekarang, sering terdengar lirik Bendera Merah Putih, bendera tanah airku… merupakan karya Saridjah Niung atau dikenal dengan panggilan Ibu Sud (w. 1993). Ungkapan yang bermiripan dengan lagu tersebut yaitu lirik Indonesia merah darahku, putih tulangku bersatu dalam semangatmu adalah karya Soedjarwoto yang populer dengan panggilan Gombloh (w. 1988). Kedua lirik tersebut mengarah pada arti hakiki; sesungguhnya, kalau bendera Indonesia, darah serta tulang memang demikian warnanya.

Dalam kedua lirik tersebut terkandung filosofis perjuangan bangsa Indonesia sebenarnya telah ada dalam tubuh mereka sendiri (darah dan tulang) dan bendera pada dasarnya merupakan realisasi dari apa yang menjadi bagian dari keadaan manusia yang menginginkan kemerdekaan, tidak dijajah dan dapat menentukan jalan sendiri sebagai bangsa yang merdeka, berdaulat dan berupaya keras serta sungguh-sungguh merealisasikan keadilan agar tercipta kemakmuran seluruh masyarakat Indonesia.

Merah Putih jiwaku, adalah ungkapan metaforis yang melambangkan keseluruhan perjuangan pahlawan saat merebut kemerdekaan. Tidak ada rasa takut karena meyakini kebenaran. Merah melambangkan keberanian dan putih adalah kesucian dan niat ikhlas dalam berjuang untuk mengambil haknya menjadi bangsa merdeka meskipun harus mempertaruhkan harta benda bahkan nyawa sekalipun untuk membuktikan kalau ide, pikiran yang telah ada dalam jiwa anak bangsa tidak lain adalah kemerdekaan. Oleh sebab itu, Merah Putih sebagai bendera Indonesia menjadi sebuah lambang kebanggaan dan identitas sebuah bangsa, hal inilah yang oleh Guru Tua   (w. 1969) pendiri Alkhairaat diungkap dengan syair:

كل أمة لها رمز عزّ # ورمز عزّنا الحمراء والبيضاء

setiap umat (bangsa) memiliki lambang kebangggaan # dan lambang kebanggaan kami adalah merah putih”

Relasi seringkali terdapat pada sebuah simbol dengan sikap yang sebenarnya ada dalam jiwa seseorang. Dalam konteks ini, merah dan putih terdapat di kajian hadis Nabi suci Muhammad saw. Imam Muslim (w. 261 H) meriwayatkan dari sahabat al-Bara bin ‘Azib (w. 72/73 H) (Muslim, II, 1992):    

كنا والله إذا احمر البأس نتقى به وإن الشجاع منا للذى يحاذى به

Artinya: “kami, demi Allah bila telah memerah keberanian (memuncak pertempuran) kami berlindung padanya, dan yang berani dari kami yakni Nabi suci saw”.

Masih dalam riwayat Muslim (II, 1992), dari sahabat Abu Thufail ra (w. 110 H) menyatakan:

كان أبيض مليح الوجه

Rasulullah suci saw putih (kulitnya), elok wajahnya”.

Hadis yang pertama merupakan rekaman ingatan sahabat tentang situasi genting dalam perang, sementara hadis kedua berisi ilustrasi mengenai rupa Nabi suci saw. Hadis pertama memuat nilai tentang dahsyatnya perang tak membuat mundur jika hal itu untuk memperjuangkan kebenaran seperti pahlawan dahulu, semangat arek-arek Suroboyo dan komunitas pemuda dari belahan daerah Indonesia saat mendengar pidato Bung Tomo (w. 1981 M), demi kebenaran tetap berjuang. Hadis kedua memuat pelajaran tentang sikap santun didasari niat ikhlas. Putih yang elok telah ‘menyatu’ dengan Nabi suci saw yang sehari-hari mudah bersahabat dengan siapapun. Warna putih di bendera Indonesia memuat niat ikhlas untuk menerima siapa saja, termasuk imprealisme saat itu dengan tujuan kerjasama, walau akhirnya dikhianati dan justeru menjajah Indonesia. Niat ikhlas tadi tetap pada tempatnya; tetap putih meski harus diperjuangkan dengan warna merah; kobaran semangat juang yang sangat tinggi.

Merah Putih jiwaku, adalah ungkapan metaforis yang melambangkan keseluruhan perjuangan bangsa di masa kini dan mendatang, di semua lini kehidupan agar menjadi bangsa yang bermartabat, bangsa yang disegani, bangsa yang memiliki ciri khas dan menjadi pusat peradaban. Konteks ini telah dimulai dari beberapa sejarah, misalnya Bung Karno (w. 1970 M) dari aspek kepemimpinan yang diakui dunia, Prof BJ Habibie (w. 2019 M) dari aspek tekhnologi serta yang terbaru pasangan ganda puteri Greysia Poli dan Apriyani Rahayu di bidang olahraga, semuanya merupakan bagian dari Merah Putih jiwaku. 

wa Allâhu a‘lam bi al-shawâb … 

Leave a comment

Tentang Kami

alkhairaat-ternate.or.id adalah situs resmi milik Alkhiraat Cabang Kota Ternate, sebagai media silaturahmi dan dakwah dengan menyajikan informasi seputar pendidikan, dakwah dan sosial, serta mempromosikan tulisan-tulisan rahmatan lil-alamin yang berakar pada kearifan tradisi

Hubungi Kami

Alamat: Jl. Kakatua, No.155, Kelurahan Kalumpang, Ternate Tengah, Kota Ternate, Provinsi Maluku UtaraTelepon: (0921) 312 8950email: alkhairaat.ternate@gmail.com