Penulis: Dr. Ja’far Assagaf, MA
Dosen UIN SUKA Yogyakarta | Sekretaris Umum Asosiasi Ilmu Hadis Indonesia | Wakil Katib Syuriah PCNU | Wakil Ketua bidang Pendidikan Agama dan Budaya Ikatan Sarjana Rakyat Indonesia-Sukoharjo Jawa Tengah; email | jafar.assagaf@uin-suka.ac.id
Tanggung jawab atau responsibility (Hans Wehr) dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia didefinisikan dengan keadaan wajib menanggung segala sesuatunya atau fungsi menerima pembebanan, sebagai akibat sikap pihak sendiri atau pihak lain (KBBI online). Tanggung jawab dilihat dari definisi ini, setidaknya dapat dibagi menjadi dua yaitu: (1) tanggung jawab personil/pribadi dan (2), tanggung jawab kolektif. Dalam hadis ditemukan kata مسؤول yang merujuk pada kedua bentuk tanggung jawab tersebut. al-Bukhari meriwayatkan dari Ibn Umar (w. 74 H):
….كلكم راع ، وكلكم مسئول عن رعيته
Atinya: ”setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan ditanya (diminta pertangung jawaban) tentang kepemimpinannya”…
Penggalan hadis كلكم راع secara tersurat merujuk pada setiap individu merupakan pemimpin setidaknya memimpin diri sendiri, dan saat ia memimpin dirinya, ia akan diminta tanggung jawab terhadap apa yang telah terjadi pada dirinya. Adapun penggalan وكلكم مسئول عن رعيته merujuk pada tanggung jawab bagi setiap orang dengan apa yang dipimpinnya. Lanjutan penggalan hadis tersebut, oleh Nabi suci Muhammad saw dicontohkan melalui tanggung jawab personil yaitu pemerintah terhadap rakyatnya, kepala rumah tangga terhadap keluarganya dan sebagainya.
Penekanan dalam contoh hadis tersebut pada tanggung jawab personil agaknya merupakan langkah awal agar menjadi kebiasaan setiap individu untuk bertanggung jawab terhadap apa yang dibebankan atasnya. Pada gilirannya bila kesadaran setiap individu tersebut telah direalisasikan maka akan tercipta tanggung jawab kolektif, dan ini merupakan salah satu isyarat yang ada dalam penggalan hadis di atas yaitu setiap orang yang telah bertanggung jawab atas apapun yang menjadi kewajibannya maka akan tercipta masyarakat yang bertanggung jawab secara kolektif yang dibangun melalui individu.
Tanggung jawab individu yaitu dimana setiap orang melaksanakan kewajibannya sementara tanggung jawab kolektif adalah semua masyarakat melaksanakan kewajiban mereka secara bersama-sama. Tanggung jawab pribadi misalnya seorang kepala rumah tangga mekalsanakan kewajibannya dengan menafkahi keluarganya, sementara tanggung jawab kolektif yaitu bersama menjaga keamanan dan ketertiban lingkungan, begitu pula secara bersama-sama menghindari kejahatan sosial seperti narkoba dan lainnya. Seringkali antara tanggung jawab pribadi dengan kolektif berjalan beriringan dan saling mendukung. Terciptanya kedamaian di sebuah masyarakat, disebabkan oleh pelaksanaan tanggung jawab oleh setiap individu di masyarakat tersebut.
Tanggung jawab kolektif dimulai dari diri sendiri. Masa pandemi covid 19 merupakan saat yang tepat menjadi contoh tentang tanggung jawab pribadi yang berdampak secara kolektif. Bila setiap individu melakukan prokes dengan ketat, bersedia divaksin (bagi yang memenuhi persyaratannya) dan mengikuti aturan selama pandemi tentu akan menghindarkan mereka secara kolektif dari penyakit tersebut.
Tanggung jawab dalam al-Qur’an surah al-Zalzalah ayat 7 dan 8 ditegaskan akibat dari perbuatan; baik maupun buruk, akan menjadi taggung jawab siapapun yang melakukannya, sementara dalam surah al-Jatsiah; 28 dinyatakan
وترى كل أمة جاثية كل أمة تدعى إلى كتابها اليوم تجزون ما كنتم تعملون
Artinya: “ dan (pada hari itu) engkau akan melihat setiap umat berlutut. Setiap umat dipanggil untuk (melihat) buku catatan amalnya. Pada hari itu kamu (semua) akan diberi balasan terhadap apa yang kamu (semua) kerjakan.”
Kedua ayat tersebut menegaskan bahwa masing-masing orang ada pertanggung jawabannya demikian pula dengan setiap umat (komunitas, golongan, masyarakat). Kebaikan yang dibuat oleh seseorang mungkin akan menyelamatkannya di dunia maupun di akhirat, akan tetapi bila kebaikan orang itu tak dapat menjadi kebaikan kolektif sebuah umat di mana orang itu hidup, dikhawatirkan dia akan ikut menanggung keburukan yang terjadi pada umat tersebut. Memang setiap individu memiliki kualitas dan kapasitas yang berbeda, maka siapa yang diberi aneka kelebihan tentu akan semakin besar tanggung jawabnya. Sebab itu tidak keliru ungkapan yang menyatakan besarnya anugerah pada seseorang memuat tanggung jawab yang lebih besar yang harus ia kerjakan.
wa Allâhu a’lam bi al-shawâb …
ilustrasi: Inc. Magazine