Penulis: Dr. Ja’far Assagaf, MA
Dosen UIN SUKA Yogyakarta | Sekretaris Umum Asosiasi Ilmu Hadis Indonesia | Wakil Katib Syuriah PCNU dan Wakil Ketua Ikatan Sarjana Rakyat Indonesia-Sukoharjo Jawa Tengah | jafar.assagaf@uin-suka.ac.id
Persaudaraan ibarat persahabatan yang sangat erat layaknya seperti saudara (KBBI online). Konteks persaudaraan ini semakna dengan kata الأخ dalam a-Qur’an. Menurut Raghib al-Asfihaniy (w. 503 H) kata الأخ awalnya digunakan untuk saudara yang terlahir dari ayah dan ibu yang sama atau salah satu dari keduanya, demikian pula persaudaraan dapat disebabkan pertalian sesusuan.
Kata الأخ selanjutnya digunakan untuk setiap orang yang berserikat pada selain hal tersebut. Oleh sebab itu, beberapa nabi seperti Nabi Hud as, Nabi Shaleh as dan Nabi Syu’aib as (alaihim al-salam) dsebut dengan أخاهم …. yaitu saudara dari kaum masing masing (QS: Hud 50, 61, 84 ) selain ada kemungkinan masing-masing kaum itu berasal dari satu turunan dengan nabi mereka, juga disebabkan kasih sayang nabi-nabi itu kepada kaumnya sebagaimana kasih sayang seseorang pada saudaranya.
Dalam dunia modern, kaum yang dahulu cenderung berasal dari satu ras atau satu turunan telah berkembang menjadi sebuah bangsa yang di dalamnya terdapat berbagai macam suku, golongan dan kaum itu sendiri. Bangsa-bangsa yang ada disatukan oleh ikatan yang sama antar sesama bangsa dengan tujuan-tujuan utama. Salah satu tujuan berdirinya Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations/منظمة الأمم المتحدة) -bermula dari Liga Bangsa-bangsa namun gagal- di antaranya mengakui akan kedaulatan bangsa-bangsa yaitu tidak dibenarkan adanya usaha perluasan wilayah.
Ekspansi wilayah apalagi invasi tentu bertentangan dengan misi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Oleh sebab itu, dalam kilas balik sejarah Indonesia, Presiden Soekarno menentang Malaysia pada era 1963-1966 bahkan keluar dari PBB saat negeri Jiran tersebut diterima sebagai anggota tidak tetap di PBB pada 7 januari 1965. Agaknya Bung Karno melihat diterimanya Malaysia bertentangan dengan misi PBB itu sendiri, sebab salah satu isi Federasi Malaya yaitu ingin menggabung Brunei dan lainnya dan hal itu juga bertentangan dengan Persetujuan Manila 1963. Maka keputusan sang Proklamator juga didukung oleh Filipina.
Perserikatan Bangsa-Bangsa tentu kumpulan tersebut tidak hanya diikat oleh ‘kesekutuan’ yang dapat berarti positif dan juga negatif. Bagi penulis, cenderung menyebut dengan Persaudaraan Antar Bangsa atau Bangsa-Bangsa. Sebab dalam persaudaraan akan memuat selain nilai kebersamaan dalam visi dan misi mendamaikan dunia, juga memiliki rasa senasib dan sepenanggungan terhadap saudara-saudara bangsa lain yang miskin dan terbelakang. Ikatan persaudaran akan jauh lebih kuat dibanding sekedar ikatan perserikatan. Kesamaan dalam memperjuangan hak-hak setiap bangsa bila didasari dengan rasa persaudaran akan lebih memberikan perhatian pada aneka konflik yang sampai saat kini belum terselesaikan, antara Palestina dan Israel misalnya.
Persaudaraan Antar Bangsa dibangun tidak hanya kesamaan keinginan menyelesaikan aneka problematika di bumi, namun cara penyelesaiannya dari rasa persaudaraan yang didasari cinta kepada sesama, sebagaimana ilustrasi kisah para nabi di atas. Meski dalam konteks berbeda, misi para nabi tersebut di masa kini dapat diaplikasikan melalui ciri kasih sayang mereka ketika kita menyelesaikan konflik apapun yang terjadi sehingga tercipta kebaikan dan perdamaian.
Dalam hadis riwayat al-Bukhari (w. 256 H) Nabi suci Muhammad saw bersabda:
إياكم والظن ، فإن الظن أكذب الحديث ، ولا تحسسوا ، ولا تجسسوا ، ولا تناجشوا ، ولا تحاسدوا ، ولا تباغضوا ، ولا تدابروا ، وكونوا عباد الله إخوانا
Artinya: “ jauhilah prasangka, sebab prasangka adalah perkataan yang paling dusta. Janganlah kalian saling mencari-cari kesalahan, saling memata-matai, saling menipu, saling iri, saling membenci, dan jangan kalian saling membelakangi, akan tetapi jadilah kalian semua sebagai hamba-hamba Allah yang bersaudara”
Persaudaraan dibangun dengan baik sangka dan juga kejujuran, dan tidak melakukan aneka keburukan seperti saling iri, menipu, membenci dan beberapa lainnya dalam hadis di atas menjadi langkah-langkah strategis dalam membangun Persaudaraan Antar Bangsa.
wa Allâhu a‘lam bi al-shawâb …
ilustrasi: humacoop.org