Penulis: Fatum Abubakar | Koordinator Pendidikan KOMDA Alkhairaat Ternate
Kehadiran ramadhan sangat dinanti-nantikan umat Islam diseluruh penjuru dunia, tidak terkecuali Indonesia. Kita yang jauh dari ibu kota pun merasakan eforianya. Namun perasaan itu tidak berlangsung lama, puasa sebentar lagi sudah dipenghujung waktu. Apa saja yang sudah kita lakukan, bernilai tidak apa yang kita lakukan?
Membeli sesuatu tentunya sangat menyenangkan hati dan memuaskan diri kita, namun apakah ini terjadi terus menerus? Dan apakah ini pertanda baik buat kita? Dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan lain? Biasanya di setiap daerah mempunyai berbagai macam cara agar ramadhan bernilai. Bernilai semata atau bernilai yang sesungguhnya, tergantung pada orang yang mengkonsumsinya. Setiap dari kita akan memulai dengan berbagai persiapan menjemput dan menjalani ramadhan dari konsumsi makanan hingga konsumsi fashion yang berlebihan.
Hal ini semakin aneh memahami Ramadhan sebagaimana yang disampaikan dalam banyak pesan-pesan Al-Qur’an melalui kalamnya agar meningkatkan ketaqwaan, keimanan, sebaliknya melakukan konsumsi yang berlebihan, sebaiknya bisa lebih berhemat karena tidak melakukan konsumsi di saat siang hari selama berapa jam menjelang magrib. Cukup lama waktu kita butuhkan harus menahan keinginan kita untuk konsumsi sesuatu yang bermanfaat.
Pada hari-hari biasa ibu-ibu tidak melakukan aktivitas masak yang berlebihan, pada bulan puasa ibu-ibu sibuk menyiapkan makanan berbuka beraneka ragam, bapak-bapak sibuk mengelilingi pusat-pusat jajanan dengan variasi pesanan dari anak, ponakan, ibu-bapak and anggota keluarga lainnya. Hal ini tanpa disadari mengeluarkan sejumlah uang tanpa perencanaan. Hingga datang sahur orang tidak henti-hentinya melampiaskan secara emosional mengkonsumsi sebanyak-banyaknya makanan, karena pada siang hari mereka menahan lapar dan haus belaka.
Secara signifikan pada bulan ramadhan ini konsumsi meningkat dengan pesat sehingga menjadi fenomena yang dianggap biasa. Permintaan meningkat, kenaikan harga tidak terelakkan (inflasi) akibat kelompok yang mampu terus meningkatkan konsumsi, pengaruh bulan Ramadhan terhadap return pasar saham di bursa efek Indonesia, Penegendalian inflasi komoditas pangan menjelang bulan ramadhan sehingga sangat merugikan kaum tidak mampu dalam membeli kebutuhan pokok mereka. Kondisi ini menciptakan budaya konsumtif ke konsumerisme.
Apakah konsumerisme itu ?
Orang pertama yang menggagas konsep konsumerisme adalah Walt Whitman Rostow. Menurutnya pada tahap akhir pertumbuhan ekonomi akan timbul secara massiv masyarakat berlebihan dalam mengkonsumsi dengan dalih sebagai wujud kesejahteraan melalui sumberdaya yang dimiliki.
Menurut pengertiannya konsumerisme merupakan suatu aktivitas tanpa sadar dan berkelanjutan serta berlebihan memakai hasil-hasil produksi atau seseorang/kelompok yang menjadikan budaya konsumerisme menjadi sebuah ideologinya. Walaupun sebenarnya konsumerisme ini pada mulanya adalah sebuah gerakan untuk perlindungan produsen namun karena teknologi modern maka tercipta budaya boros. Tumbuh lah pusat-pusat perbelanjaan, pusat-pusat hiburan dan bahkan menjamurnya penjualan-pembelian secara online. Hal ini lebih mendorong masyarakat dengan mudah memakai jasa produsen secara berlebihan dan tanpa kontrol.
Menurut Collin Campbell, Kondisi ini lebih merupakan kondisi sosial yang terjadi saat konsumsi menjadi pusat kehidupan banyak orang dan bahkan menjadi tujuan hidup, dan ketika semua itu terjadi segala kegiatan hanya berfokus pada pemenuhan konsumsi. Ini merupakan akibat dari perkembangan selera konsumen yang cenderung boros dan kecenderungan produsen untuk melakukan produksi massal secara terus-menerus.
Banyak orang beranggapan membeli barang sesuai dengan keinginannya karena dia yang memiliki sejumlah dana tanpa memperdulikan membutuhkan barang itu atau tidak. Bahkan sebagian orang tidak mempedulikan apakah barang yang dibeli tersebut memadai harganya, bermanfaat atau tidak dan bahkan hanya untuk gaya hidup semata, tanpa harus merasa empati dengan orang di sekelilingnya.
Secara alami budaya ini memberikan indikasi ketidakpuasaan manusia. Walaupun sebagai manusia memiliki batasan diluar batas kemampuannya. Namun selalu saja pemenuhan keinginan berlebihan dibandingkan dengan terpenuhinya kebutuhan lebih dominan. Ini merupakan penyebab utama semakin menjamurnya konsumerisme di tengah masyarakat.
Melalui Bulan ramadhan seyogyanya menjadi renungan agar kita dapat mengambil berkah dari serangkaian konsumsi yang kita nikmati. Untuk itu dalam Syariat Islam memiliki norma dan seperangkat etika dalam konsumsi sesuai tuntunan yang bersumber pada Al-Quran dan As-Sunnah. Beberapa etika ini, antara lain keadilan, kebersihan, kesederhanaan, halalan tayyibah, dan keseimbangan. Menurut Yusuf Qardhawi, ada tiga landasan Norma konsumsi, yaitu: 1. Sederhana dalam mengkonsumsi suatu barang; 2. Tidak boros; dan 3. Membelanjakan harta untuk kebaikan.
Gaya hidup yang tidak hemat: — jangan sampai ditumbuhkan dalam masyarakat!
Jika kita memandang kondisi ini penting, maka mari kita merubah kebiasaan ini. Tergantung dari kemauan dan cara kita merencanakan sesuatu dengan baik. Memulai dari kita dan keluarga terkecil kita, agar orang disekitar kita turut terpanggil melakukan hal sama dan mengajak untuk lebih bijak mengkonsumsi sesuai kebutuhan. Mari lakukan secara bersama-sama agar semakin ringan. Terlebih dahulu mari kita melakukan upaya selektif dan berhemat dengan cara merubah pola pikir walaupun kita memiliki banyak uang dan bisa membeli segalanya, namun ingat ada waktu yang tepat dan barang yang tepat untuk dikonsumsi.
Untuk itu kebutuhan lah yang menjadi skala prioritas, mampu membedakan barang mana yang penting. Tidak baik juga melakukan secara berlebihan, memang tidak ada yang melarang, namun adakalanya seseorang belum tahu bagaimana cara mengatur pola hidupnya dari sekarang secara wajar dan normal. Tidak ada kata terlambat untuk menumbuhkan cinta menabung untuk kebutuhan yang tidak terduga dan lebih terencana sehingga dapat terwujud apa yang kita impikan tanpa harus konsumerisme. Pada akhirnya semoga kesadaran akan tumbuh dari masyarakat secara perlahan dan perlu dukungan pemerintah dalam memberikan edukasi dan vokasi pada masyarakat yang belum memiliki pikiran terbuka. Wallah a’lam bissawaab.
Ternate,18 Ramadhan 1443 H/ 20 April 2022 M
Foto: news.okezone.com