Penulis: Dr. Ja’far Assagaf, MA
Dosen UIN SUKA Yogyakarta | email: jafar.assagaf@uin-suka.ac.id
Kembalinya si Doel Anak Sekolahan dalam bentuk series sejak 27 Desember 2022 menggugah ulang ciri sinetron lokal yang selama ini lesu dari nilai-nilai keaslian realita kehidupan masyarakat Indonesia. Sinetron yang pertama kali dirilis pada tahun 1994 berasal dari novel dan film aslinya tahun 1972 telah dikembanghkan menjadi 3 film dan 2 sinetron lanjutan. Si Doel Anak Sekolahan salah satu sinetron unggulan yang menonjolkan lika-liku perjuangan orang yang berpendidikan, mencari pekerjaan yang diwarnai dengan cinta anak manusia dengan latar belakang budaya dan konteks sosial tertentu. Menurut Kun Sri Budiarsih, sinetron ini termasuk karya gemilang dunia persinetronan Indonesia (Mizan, 2005).
Beberapa waktu dahulu di berbagai kesempatan ngobrol dengan mahasiswa, sering penulis katakan bahwa si Doel Anak Sekolahan adalah sinetron tanpa basa-basi, tanpa kamuflase namun tetap alami menampilkan potret dan gaya kehidupan sebagian besar masyarakat khususnya Betawi. Dalam sinetron tersebut setidaknya memuat tiga nilai edukasi yang sangat berbeda dengan sinetron-sinetron lainnya cenderung menampilkan gaya hidup materialisme.
Edukasi tentang Pendidikan dan Lapangan Pekerjaan
Si Doel Anak Sekolahan mengedukasi perjalanan mahasiswa yang kuliah demi merubah nasib dirinya dan sekaligus menunjukkan kepada khalayak bahwa untuk mencapai sarjana dibutuhkan pengorbanan termasuk harta. Babe (ayah si Doel diperankan oleh Benyamin w. 1995 M) harus merelakan sebagian hartanya untuk menyekolahkan anaknya. Menggapai sebuah cita-cita bukanlah hal yang mudah, namun itu bukan berarti mustahil meski harus dengan bersusah payah.
Problem yang dihadapi si Doel senior pasca kuliah, menjadi edukasi utama mengenai sulitnya mencari dan memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan bidang keahlian, terlebih si Doel dinilai terlalu idealis terkait dengan keilmuan yang ia miliki. Di satu sisi, pekerjaan telah tersedia namun Doel harus meninggalkan tempat tinggalnya. Di sisi lain, Babe tetap menginginkan Doel sebagai tukang insinyur justru harus menularkan ilmunya demi memajukan daerahnya sendiri; Betawi. Dua konteks ini menarik dan secara riil terjadi di kebanyakan masyarakat. Nilai edukasi ini sangat berbeda dengan sinetron lainnya yang menampilkan sarabun (fatamorgana). Mahasiswa berasal dari keluarga kaya, lalu setelah selesai memperoleh pekerjaan dengan mudah atau bahkan mewarisi kekayaan orang tuanya. Gambaran kemapanan orang yang telah selesai kuliah dan memperoleh pekerjaan yang sesuai dinafikan secara utuh oleh Doel senior yang lebih realistis menampilkan kondisi umum yaitu aneka problematika mencari lapangan pekerjaan bagi yang telah selesai kuliah dengan kerasnya dunia di luar kampus.
Konsistensi edukasi di atas dalam si Doel the Series tetap muncul melalui anak Atun bernama Abi Kurtubi. Ia kerap kali membantu ibunya yang telah menjanda dengan menjual jajanan untuk menyambung hidup mereka dan membiaya sekolahnya. Meski di series kali ini, Doel yunior (anak Doel senior) telah menjadi bagian dari komunitas orang yang cukup berada disebabkan ia adalah anak Sarah (istri pertama Doel senior) yang berasal dari keluarga kaya. Namun konsep memahami dan menerima latar belakang ayahnya menjadi bagian penting mengedukasi Doel yunior tentang kesederhanaan dan dia pun tidak gengsi akan hal tersebut.
Edukasi tentang Kearifan Lokal
Peranan Babe dalam si Doel sangat strategis, termasuk memunculkan kekhasan pola dan gaya hidup orang Betawi; sebagai ilustrasi, cerminan yang terjadi secara general di suku-suku yang ada di Indonesia dengan ciri kekhususannya masing-masing. Di antara edukasi yang ada, baik di Doel Anak Sekolahan maupun Doel the Series adalah upaya melestarikan budaya melalui Tanjidor dan permainan Gasing. Keduanya mesti menjadi perhatian sekaligus dapat menjadi lahan membuka lapangan pekerjaan bila ditekuni dan diperhatikan dengan baik oleh pihak-pihak terkait demi mengangkat menjadi komoditi lokal berfungsi sebagai hiburan yang berpotensi membantu ekonomi masyarakat setempat.
Baik di sinetron lama dan baru, keduanya tetap menampilkan aneka gaya dan budaya selain Betawi. Doel Anak Sekolahan menampilkan pertemuan budaya Jawa melalui Mas Karyo, sementara melalui koh Ahong menampilkan budaya China. Demikian pula keberadaan Hans menjadi perwakilan dari pertemuan budaya tersebut dengan latar belakang keluarga Sarah yang sejak awal telah familier dengan budaya Barat, namun tak meninggalkan budaya asli orang Indonesia.
Edukasi tentang Cinta
Babe dengan Mak Nyak, kong Ali (pak Tile) dengan istrinya; Nyak Rodiah, Atun dengan mas Karyo sebagai gambaran cinta sejati dari aspek kebersamaan dalam suka dan duka dan hanya dapat dipisahkan oleh kematian. Ilustrasi cinta sejati mungkin juga terlihat dalam cinta Mandra kepada Munaroh, sebaliknya Munaroh masih bimbang karena menyerah dengan kondisi dan bersikap realistis di Doel Anak Sekolahan, sehingga Mandra harus merana dalam waktu yang lama lantaran Munaroh meninggalkannya dan menikah dengan Cecep. Penungguan Mandra nampaknya akan berbuah manis, sebab Munaroh dalam Doel the Series telah menjanda dan menyadari bahwa laki-laki yang ia cintai hanyalah Mandra. Ungkapan cintanya didukung oleh anaknya, sebaliknya Mandra masih bimbang bukan karena tidak mencintai Munorah tetapi kondisi Munaroh sekarang berbeda, dan telah sukses menjadi orang kaya.
Cinta ‘segitiga’ mungkin kata yang tepat untuk alur cinta antara Doel dengan Sarah maupun Zainab yang belum ‘tuntas’. Sebab Doel pada akhirnya juga menikahi keduanya meski bukan di waktu yang bersamaan dan memiliki anak dari keduanya. Agaknya cinta sejati Doel kepada Sarah, namun ia juga realistis dengan keadaan dan ‘menyerah’ maka ia memilih hidup bersama Zainab. Uniknya para netizen kemudian membentuk tim Sarah dan tim Zainab di tahun 2018 untuk mengikuti kelangsungan cinta Doel senior. Ambiguitas cinta ini nampaknya akan ‘ditumbuhkan’ kembali melalui peran Doel yunior dengan Tari dan Yalova. Kecemburuan keduanya terbaca dari Bahasa tubuh mereka bila bersama doel Meski di sana ada Abi yang cenderung menyukai Yalova di Doel the Series. Sinetron ini menarik ditonton dan mestinya bisa diikuti secara utuh andai penayangannya tidak bertepatan dengan waktu Shalat.
Foto: @sidoeltheseries