Penulis: Dr. Ja’far Assagaf, MA
Dosen UIN SUKA Yogyakarta | Asosiasi Ilmu Hadis Indonesia bidang Riset dan Pengembangan Ilmu | Wakil Ketua bidang Pendidikan Agama dan Budaya Ikatan Sarjana Rakyat Indonesia-Sukoharjo Jawa Tengah; email | jafar.assagaf@uin-suka.ac.id
Angka-angka tersebut sangat akrab bahkan menjadi bagian dari jati diri masyarakat Indonesia. 17-08-1945 dibaca dengan tanggal tujuh belas bulan Agustus tahun seribu sembilan ratus empat puluh lima. Angka-angka ini bahkan oleh sebagian masyarakat Indonesia yang religius; khususnya umat Islam dikaitkan dengan angka ‘keramat’ yang diletakkan dalam tubuh burung Garuda sebagai lambang negara.
Angka 17 dalam referensi Islam antara lain dikenal sebagai tanggal populer turunnya al-Qur’an. Ibn Katsir (w. 774 H) saat menafsirkan QS: ali ‘Imran; 123 mengungkap tanggal 17 bulan Ramadhan tahun 2 H kaum Muslim memperoleh kemenangan di perang Badar (Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim) dan bila dicermati dengan QS: al-Anfal; 41, maka tanggal itu bagi bangsa Indoensia selain kemenangan kebenaran atas kebatilan, juga kemenangan keadilan atas kezhaliman, kesejahteraan atas kesengsaraan, kesehatan atas kesakitan, keilmuwan atas kebodohan, kemajuan atas keterbelakangan dan sebagainya. Konsep dan filosofis ini yang ada dalam pikiran founding fathers; proklamator, pejuang, ulama, tokoh bangsa dan lainnya untuk memproklamirkan kemerdekaan Indonesia di tanggal 17 bertepatan dengan bulan Ramadhan saat itu. Agaknya alasan ini pula menjadi penyebab sang proklamator Bung Karno (w. 1970 M) menetapkan Nuzul al-Qur’an di Indonesia pada 17 Ramadhan, agar setiap anak bangsa menjiwai kalau perjuangan Indonesia berpijak dari kesucian niat. Angka 17 baik di Nuzul al-Qur’an dan 17 Agustus memuat nilai-nilai seirama tentang kemanusaian, keadilan dan kebenaran.
Angka 8 dalam Islam bukan sesuatu yang kosong tidak berarti apa-apa, tapi memiliki spirit tentang aneka jenis tempat yang Allah janjikan kelak di akhirat bagi orang-orang yang beriman. Mereka yang memiliki kriteria iman maka baginya surga seperti penggalan sabda Rasulullah suci saw:
أدخله الله من أى أبواب الجنة الثمانية شاء …
(HR Bukhari Muslim, dengan Lafad Muslim)
“… Allah akan masukkan dia dari pintu surga mana saja yang berjumlah 8 (itu) yang ia ingini/mau.”
Dalam analisis Ibn Hajar (w. 852 H), angka 8 bisa dalam arti jumlah bisa pula dalam arti sifat dari pintu-pintu itu sesuai dengan amalan, maka seseorang akan dipanggil dari pintu tertentu. Tidak menutup kemungkinan orang yang dipanggil dari pintu-pintu itu adalah pintu yang berada dari dalam pintu surga yang asli (yaitu 8) sebab amalan kebaikan itu banyak; tidak terbatas pada 8 (Fath al-Bariy). Dengan demikian 8 adalah pintu atau tempat besar/utama, dan setiap dari satu tempat itu memiliki tempat atau bagian yang beraneka ragam di dalamnya.
Bila interpretasi terakhir di atas diterima maka angka 8 (Agustus) dalam konteks kemerdekan, mengisyaratkan tentang aneka cara dan jalan untuk mengisi kemerdekaan demi kelangsungan Indonesia bermartabat dan disegani dunia, melalui capaian-capaian keberhasilan itulah yang seyogyanya menjadi ‘surga’ bagi siapapun, bukan saja rakyat Indonesia tapi manusia di seluruh dunia. Ilustrasi 8 pintu surga dalam hadis bagi keberhasilan Indonesia adalah cara untuk mencapai keberhasilan melalui beberapa jalan namun tetap memiliki satu tujuan agar sebelum menggapai surga hakiki, bangsa ini juga memperoleh ‘surga’dalam kehidpan dunia.
Terdapat dua hadis yang menarik untuk mengungkap angka 45. Pertama, hadis riwayat al-Thabaraniy (w. 360 H) dalam al-Mu’jam al-Kabir menyatakan bila sperma telah berlalu (menetap) 45 malam (hari), maka malaikat yang bertugas akan melapor pada Allah swt (meskipun Allahpun tahu) tentang kelangsungan sperma tersebut mau dijadikan jenis kelamin apa dan bagaimana takdirnya ?, disinilah Allah swt tentukan; kedua, hadis imam Muslim (w. 261 H) dalam Shahihnya tentang mimpi adalah salah satu dari 45 tanda kenabian.
Filosofis kedua hadis tersebut dalam konteks bangsa Indonesia adalah kelahiran yang disimbolkan dengan kemerdekaan pada tahun 1945 dan hal itu menjadi awal langkah sejarah bangsa ini agar senantiasa memiliki mimpi yang benar (al-ru’ya al-shadiqah/al-shalihah); visi dan misi ke depan di semua lini kehidupan dalam berbangsa dan bernegara.
Angka 17 sebagai waktu eksekusi, penetapan sebuah rencana besar. Angka 8 adalah sifat, cara, media yang beragam untuk merealisasikan rencana tersebut yang dimulai dari tahun 45 sebagai awal lahir rencana itu yang telah memiliki aneka mimpi yang baik; harapan-harapan positif menjadi bangsa yang besar, adil dan makmur. Goresan interkoneksi hadis dengan 17-08-1945, Merdeka !!!
wa Allâhu a’lam bi al-shawâb …