Pengurus KOMDA Alkhairaat Ternate, Bidang Pendidikan | Dosen UNKHAIR Ternate
Baru saja kita merayakan Hari Raya Idul Fitri dan melepas Bulan Ramadan yang penuh keberkahan. Pada Bulan Ramadan setiap muslim yang sudah memenuhi persyaratan diwajibkan menjalankan ibadah puasa. Melalui ibadah puasa setiap muslim diajarkan berbagai hal dalam mengelola kehidupan mereka sehari-hari, dan tidak hanya berpuasa saja tetapi setiap ibadah lainnya juga memberikan makna yang sangat berarti dalam kehidupan manusia khususnya bagi umat Islam.
Saat ini kita berada di awal-awal bulan Syawal 1443 H setelah memperoleh predikat fitrah dalam pandangan Allah SWT. Di awal-awal bulan Syawal ini pula hasil training selama bulan Ramadan bakal dimulai diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Apa buah training yang telah kita laksanakan selama bulan puasa Ramadan? Paling tidak ada 3 hal pokok Ketiga hal tersebut adalah menjaga sikap, tingkah laku, dan hati. Ketiganya menjadi landasan bagi kita untuk menjalani kehidupan sehari-hari, di bulan berikutnya. Semangat baru dalam menjalani aktivitas masing-masing.
Dalam ranah pendidikan, semangat baru terutama sekali bagi pendidik, tenaga kependidikan dan peserta didik. Dalam berinteraksi sosial, semangat baru itu ditandai dengan optimisme dalam menjalani interaksi sosial.
Hal yang perlu diterapkan pasca lebaran adalah saling menjaga sikap, tingkah laku dan hati. Lebih memperhatikan ucapan, tindak tanduk selama berkomunikasi sesuai posisi masing-masing. Kuncinya adalah mempertahankan budaya saling menghargai dalam berinteraksi. Tak seorang pun manusia normal yang tak ingin dihargai.
Menjaga hati pribadi dimulai dengan menjaga hati orang lain. Hal itu diaplikasikan melalui cara dan gaya bersikap dan bertingkah laku. Konsep ini menjadi semangat baru bagi kita dalam menjalani kehidupan sehari-hari pasca lebaran Idul Fitri.
Itulah yang kita sebut semangat baru di bulan Syawal. Menurut KBBI Syawal (bahasa Arab: شَوَّالٌ, translit. Syawwāl) adalah bulan kesepuluh dalam kalender Hijriah dan Jawa. Pada tanggal 1 Syawal, umat Islam merayakan hari raya Idul Fitri sebagai perayaan setelah menjalani puasa pada bulan sebelumnya yakni bulan Ramadan.
Secara etimologi, arti kata syawal adalah peningkatan. Hal itu merupakan target ibadah puasa. Pasca-Ramadan diharapkan orang-orang yang beriman meraih derajat ketakwaan, seorang Muslim yang terlahir kembali seperti kertas yang masih bersih, sehingga di bulan Syawal ini kualitas keimanannya mengalami peningkatan. Tidak hanya kualitas ibadah, tetapi juga kualitas pribadinya, yang selama di bulan Ramadan dilatih secara lahir batin.
Kalau kita telesuri ‘Syawal‘—berasal dari kata Arab Sawaal yang berarti ‘dibesarkan’. Ada juga Syala yang berarti irtafa’a, naik atau meninggi. Orang Arab biasa berkata, syala al-mizan (naik timbangan), idza irtafa’a (apabila ia telah meninggi). Pada bulan Syawal ini, kedudukan dan derajat kaum Muslimin meninggi di sisi Allah SWT karena telah melewati bulan ujian dan ibadah selama Ramadan.
Berbicara kata naik maka pikiran kita akan berasumsi dari tempat rendah ketempat yang tinggi artinya ada step-step atau bagian yang harus kita lewati dan kita tinggalkan, tidak akan mungkin kita naik tanpa melewati yang rendah terlebih dahulu, nah inilah yang Allah maksudkan setelah manusia dididik dalam bulan Ramadan Allah menginginkan manusia yang telah mencicipi institusi Ilahi di bulan Ramadan tersebut naik tingkat atau derajat, dengan cara terus meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Di bulan Ramadan manusia diajarkan untuk meningkatkan shalat di malam hari, maka setelah keluar di bulan Ramadan seharusnya tingkat shalatnya terus dinaikkan, akan tetapi jika setelah keluar dari Ramadhan shalat malam semakin malas alias berat dan tidak ada kekuatan dengan berbagai alasan, bisa dipastikan derajat manusia tersebut masih stagnasi dan bisa dikatakan gagal di bulan Ramadan.
Ramadan juga mengajarkan agar manusia mampu untuk menahan lapar dan dahaga, bukankah lapar dan dahaga adalah lambang dari kebutuhan perut manusia, maka bukti dari keberhasilan tersebut sikapnya terhadap dunia ini tidak terlalu dominan, tidak terlalu menggebu-gebu dengan kehidupan dunia yang melenakan, semua tahu bahwasanya dunia ini adalah tempat persinggahan sementara, kalaulah persinggahan maka pasti suatu saat kita sebagai manusia akan pergi meninggalkan persinggahannya dan menuju kepada tujuan yang benar yaitu akhirat (mati).
Ramadan juga mengajarkan kita untuk bisa mengontrol emosi atau amarah manusia, bukti dari keberhasilan di bulan Ramadan adalah setelah keluar dari bulan Ramadan sikap sabarnya terus dinaikkan atau ditingkatkan, Ramadan adalah bulan turunnya Al Qur’an dimana pada malam-malam dibulan Ramadan banyak diantara kita yang melakukan tadarusan dimasjid-masjid, atau langgar-langgar, seharusnya setelah keluar dari bulan Ramadan kegiatan tersebut terus ditingkatkan dan dinaikkan.
Ramadan juga mengajarkan dimana kita harus memberikan sebagian harta yang kita miliki yaitu lewat zakat fitrah, manusia yang berhasil dan naik tingkat derajatnya dimata Allah maka manusia tersebut selalu memiliki sifat suka menolong dan suka memberi alias tidak bakhil dengan harta yang dimilikinya. bukankah harta yang kita miliki atau yang kita dapatkan adalah pemberian dari Allah juga,, lantas mengapa manusia harus bakhil dengan harta yang diberikan Allah.
Di bulan Ramadan manusia mampu untuk meringankan langkah dalam bentuk ketaqwaan dan membuktikan keimannya kepada Allah, dengan berbagai cara, meringankan langkah dalam beribadah kepada Allah untuk menuju masjid agar mampu melaksanakan shalat tarawih secara berjamaah, meringankan tangan dalam urusan tolong menolong, meringkankan perut agar mampu menahan lapar dan dahaga, meringankan diri agar mampu untuk membaca Al Qur’an pada waktu-waktu tertentu, setelah keluar dari Ramadan masihkah kita mampu untuk meringkankan langkah, tangan hingga perut kita dalam mencari ridha Allah SWT, jika keringan tersebut mampu dilaksanakan maka sudah sepantasnyalah kita menyandang predikat manusia pemenang, menang melawan setiap godaan yang datang kepada kita manusia.
Pada bulan Ramadan yang telah lewat mengajarkan kita beberapa konsep yang mesti kita bawa. Pertama, bulan Ramadan adalah bulan turunya Al Qur’an, setelah keluar dari Ramadan sudah sepatutnya dan wajib bagi manusia yang bertaqwa membawa konsep Qur’an dimanapun kita berada, bagaimana caranya membawa konsep tersebut, jalannya adalah terus belajar dan membaca Qur’annya setiap hari,
Kedua, shalat, perhatikan bulan Ramadan yang telah lalu, bukankah bulan Ramadan mengajarkan konsep untuk meningkatkan shalat kita, maka manusia yang berhasil pada bulan Ramadan adalah manusia yang selalu menjaga dan terus meningkatkan kualitas shalatnya. Infaq, Ramadan juga mengajarkan kita untuk suka menolong dan suka memberi kepada manusia lainnya.
Tiga konsep inilah yang dapat ditingkatkan, diringankan untuk dilaksanakan di bulan Syawal ini dan dibawa sampai sebelas bulan berikutnya, agar kita mendapatkan penghargaan yaitu manusia yang kembali fitrah, dan manusia pemenang, Wallah a’lam bissawaab.
foto: man