Penulis: Dr. Ja’far Assagaf, MA
Dosen UIN SUKA Yogyakarta | Sekretaris Umum Asosiasi Ilmu Hadis Indonesia | Wakil Katib Syuriah PCNU & Wakil Ketua Ikatan Sarjana Rakyat Indonesia-Sukoharjo Jawa Tengah | email: jafar.assagaf@uin-suka.ac.id
Judul di atas lahir dari kejadian tanggal 22 Juni 2022 saat Holywings di Jakarta mengunggah di akun Instagramnya dengan menggratiskan minuman bir (beer) kepada siapapun yang bernama Muhammad dan Maria setiap hari Kamis (Republika.co.id 22/06/2022). Tempat usaha tersebut akhirnya didemo oleh berbagai lapisan masyarakat, di antaranya GP Ansor Jakarta, LMI (Laskar Manguni Indonesia) Manado, dan Pemuda Pancasila Makassar (Kompastv 26-06-2022). Berpijak dari kejadian tersebut muncullah insiprasi untuk mendeteksi fenomena apa sebenarnya yang tengah berproses di baliknya?
Kegelisahan bertebarnya paham ateisme (meniadakan Tuhan) secara laten di Indonesia melalui kejadian di atas setidaknya dilatar belakangi dengan 3 hal pokok bagi bangsa ini berbasis ideologi, sejarah dan sosial masyarakat.
Pertama, Pancasila sebagai dasar negara melalui sila pertama telah menegaskan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang berketuhanan, bukan bangsa tanpa Tuhan; kedua; bulan Juni adalah bulan Pancasila, khususnya bagi kaum Marhaenisme disebut sebagai bulan bung Karno, sebab pada bulan Juni kelahiran dasar negara tersebut tidaklah terlepas dari ide-ide cemerlangnya. Perlu diingat konsep sang Proklamator tentang Nasakom bukan pada ateisme namun pada sosialisme. Meski keduanya terkesan berjalan bersama bagi tokohnya seperti Karl Max (w. 1883 M) yang mengatakan agama adalah candu dan J. Stalin (w. 1953 M) yang anti Tuhan, namun sosialisme dapat dibedakan dengan ateisme; ketiga; kejadian tersebut tidak hanya melecehkan tiga agama; Islam, Katholik dan Kristen tetapi dapat menjadi ajang adu domba umat beragama, atau bahkan brainwash kepada anak-anak muda bangsa.
Bila masa lalu sering terdengar PKI adalah bahaya laten, maka dengan kejadian Holywings, bagi penulis indikator adanya embrio ‘laten ateisme yaitu bahaya tersembunyi dari atheis yang dapat menggerogoti Pancasila. Secara historis, tidak semua orang PKI adalah atheis, sebagian mereka mengikuti paham komunis tersebut dari aspek sosial; tentang kepemilikan barang, buruh, tani dan lainnya, tetapi mereka masih tetap memeluk agama tertentu. Maka sebutan PKI bahaya laten agaknya sudah tak diperlukan lagi, justeru yang penting dan patut diwaspadai melalui promosi Holywings di atas yaitu bahaya laten ateisme. Mengapa demikian, bukankah menganut ideologi tertentu adalah hak asasi setiap orang ? pernyataan ini benar namun perlu diingat bahwa dengan berpijak pada Pancasila maka ideologi apapun yang tidak ber Tuhan tentu tidak boleh hidup dan berkembang di Indonesia, meski secara personal urusan ideologi seseorang adalah hak setiap individu, namun dalam negara yang memiliki dasar, hukum, aturan dan undang-undang dasar 1945 tentu ideologi tak ber-Tuhan tidak boleh disebarluaskan baik secara laten apalagi terang-terangan.
Bila membaca buku Marxisme dan Agama karya O. Hashem (w. 2009 M) maka kejadian Holywings akan menggelisahkan, sebab ada hubungan yang cukup erat antara ateisme dengan langkah pergerakan yang bermula dari ideologi itu. Kebijakan mengratiskan minuman beer bagi yang bernama Muhammad dan Maria memunculkan spekulasi liar tentang ideologi yang tengah diusung di dalamnya. Kedua tokoh tersebut diyakini suci bagi umat Islam dan saudara mereka yang beragama Katholik dan Kristen.
Alasan Holywings bahwa upaya itu untuk menarik pengunjung, akan tetapi apakah harus dengan cara menghina kepada kedua tokoh mulia tersebut ? jika targetnya hanya sekedar menarik pengunjung. Bukankah masih banyak cara untuk menaikkan pengunjung dan pembelinya ? dan bukankah telah mereka ketahui bahwa beer (khamar) adalah haram bagi umat Islam (meski masih ada umat Islam yang sering mabuk-mabukan), maka mengapa harus mengratiskan kepada siapapun yang bernama Muhammad sementara tokoh ini diyakini suci oleh kaum Muslim. Bagi penulis ada hal terselubung yang patut dikaji secara mendalam terkait tendensi, target dan mungkin program yang tengah berproses yang diinginkan dengan upaya mengratiskan minuman tersebut.
Kegelisahan bahaya laten ateisme bukanlah isapan jempol, sebab beberapa negara maju Eropa seperti Belanda, Perancis, dan Spanyol dinilai sebagai negara tak ber-Tuhan (Viva.co.id 05-01-2022) meski sesungguhnya ketiga negara tersebut penduduknya mayoritas beragama Katholik dan Kristen. Fenomena munculnya paham tidak ber-Tuhan dapat disebabkan banyak hal di antaranya kesulitan ekonomi, masalah yang tidak terselesaikan dan tidak ada solusinya, dan proses pemuka agama menyampaikan ajaran agama dinilai tidak menarik lagi sebab hanya berada di basis pikiran bukan dalam realita jalan keluar problematika kehidupan. Alasan-alasan ini mungkin yang ingin ‘dideteksi’ dari masyarakat khususnya pemuda-pemudi oleh Holywings melalui promosi gilanya itu. wa Allâhu a‘lâm bi al-shawâb …
ilustrasi foto : smartresize.com