Penulis: Dr. Ja’far Assagaf, MA
Dosen UIN SUKA dan Sekretaris Umum Asosiasi Ilmu Hadis Indonesia. jafar.assagaf@uin-suka.ac.id
Pada kategori ketiga yaitu ilmu yang telah ada sebelum Islam dan dikembangkan oleh ilmuan Muslim seperti filsafat, kedokteran, geografi dan lainnya. Sebelum Islam, filsafat telah ada dan berkembang, nama-nama seperti Sokrates (± 470-399 SM) dan pemikrannya tentang manusia sebagai pusat, Plato (w. ± 348/347 SM) dengan idealismenya dan karyanya the republic, serta Aristoteles (384-322 SM) pemikirannya mencakup ketuhanan, humaniora dan sains ikut mempengaruhi ilmuan Muslim dalam rentang abad kedua sampai abad ke enam hijriyyah. Pengaruh tersebut melahirkan tokoh seperti al-Kindi (w. 256 H), al-Farabi (w. 339 H) juga disebut mu’allim al-tsani karena yang pertama adalah Aristoteles, Ibn Sina (w. 428 H) juga sebagai dokter, al-Ghazali (w. 505 H) di masa pertengahan kehidupannya, Ibn Rusyd (w. 595 H), dan Suhrawadi (w. 587 H) yang telah mengarah pada ‘tasawuf falsafi’ melalui karyanya Hikmah al-Isyraq.
Berfilsafat pada orang-orang Arab sebelum Islam bukan hal yang baru menurut Jawad ‘Ali (w. 1407 H/1987 M), setidaknya terlihat pada mereka yang disebut beragama Hanif -masih menjadi pertanyaan agama apakah itu? dalam kajian al-Qur’an mereka diidentikkan dengan pengikut millah Nabi Ibrahim as- pemeluknya kemungkinan membaca karya Yunani atau yang telah diterjemahkan dalam bahasa Suryani (al-Mufasshal fi Tarikh al-Arab Qabl al-Islam) namun agaknya pengetahuan filsafat di masa sebelum Islam di jazirah Arab pada persoalan agama dan kehidupan yang lebih sederhana dibanding setelah masa Islam di masa al-Rasyid (w. 193 H) dan al-Amin (w. 212 H). Filsafat pada masa Islam menjadi kajian serius dan mendalam sehingga melahirkan tokoh-tokoh failosof muslim di atas. Konteks tersebut juga mengindikasikan tradisi berfilsafat bukan dari Mekkah bahkan jazirah Arab -seperti kategori ilmu kedua; isnad, nasab dan syair-namun ikut mewarnai keilmuan Islam setelah hadir di abad 7 Masehi.
Dalam bidang kedokteran, nama seperti al-Haris bin Kaladah terdeteksi sebagai dokter yang popular sebelum dan setelah Islam yang wafat di masa antara khalifah Abu Bakar sampai masa awal Mu‘awiyah memerintah (kisaran 13-45 H), demikkian pula dokter dari bani Haris bin Ka’ab yang mencoba mengobati Umar saat ditikam Abu Lu’lu. Dalam reportase dokter Muslim abad 7 H, menyebutkan beberapa dokter sebelum Islam di jazirah Arab berada dalam penyebutan setelah dokter dari Yunani dan lainnya. أسقليبيوس / Asclepius dinilai dokter Yunani yang pertama beserta beberapa turunannya. Haris bin Kaladah memperoleh pengetahuan kedokteran dari luar jazirah Arab seperti Persia dan Yaman. Bahkan setelah Islam datang, beberapa dokter non Muslim ikut mengobati Muslim (Ibn Abi ‘Ushaibi‘ah). Ilmuan muslim dalam bidang ini terus mengekplor dengan memperdalam, pengujian sehingga tidak hanya terbatas pada teoritis namun eksperimental yang menghasilkan teori-teori baru saat itu kemudian dipakai seperti karya Ibn Sina; al-Qanun fi al-Thib dan al-Syifa yang dipakai sampai abad 18 Masehi di Eropa (Lilly Library).
Kembali pada masa al-Ma’mun, al-Khawarizimi (w. ± 232 H) dinilai tokoh geografi muslim awal yang bekerja di bait al-Hikmah. Penerjemahan kitab dari Yunani ke bahasa Arab sangat mempengaruhi perkembangan ilmu-ilmu dalam kategori ketiga ini. Sumbangan geografi Yunani ikut berperan seperti karya إيراتوستينس /Eratosthenes yang menyebutkan kerjaan Ma‘in adalah kerajaan Arab yang pertama dan informasinya telah sampai pada masa kini beserta letaknya di bagian Selatan jazirah. Setelah al-Kawarizimi, beberapa penjelasan geografi Islam dengan peristiwa yang lebih dekat ke antropologi disebut oleh al-Mas’udi (w. 346 H) dalam karyanya pada jilid pertama. Lalu tampil Ibn Khaldun (w. 808 H/1406 M) menyebutkan beberapa iklim di dunia sesuai dengan geografisnya disertai dengan sifat dan kondisi penghuni wilayah dari iklim-iklim tersebut. Karya Ibn Khaldun Muqaddimah dan tarikhnyamenjadi terkenal sebagai bagian dari kajian sosiologi dan filsafat sejarah dalam Islam.